Pada Rabu pagi, 16 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah, mencapai Rp16.835 per dolar AS. Pelemahan ini mencerminkan tekanan yang terus berlanjut akibat ketegangan perdagangan global dan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi domestik.
Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah
Salah satu pemicu utama pelemahan rupiah adalah kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh pemerintah AS, termasuk tarif sebesar 104% untuk barang-barang dari China dan 32% untuk produk dari Indonesia. Langkah ini telah meningkatkan permintaan terhadap dolar AS dan menimbulkan kekhawatiran akan inflasi impor di Indonesia .
Selain itu, ketegangan antara AS dan China, seperti boikot China terhadap pesawat Boeing, telah memperburuk ketidakpastian global, mendorong investor untuk menarik dana dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia .
Dampak Ekonomi Domestik
Pelemahan rupiah berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Harga barang impor, seperti bahan baku kedelai untuk tahu dan tempe, mengalami kenaikan, yang pada gilirannya menekan konsumsi rumah tangga . Survei Konsumen Bank Indonesia mencatat penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjadi 121,1 pada Maret 2025, mencerminkan meningkatnya kehati-hatian konsumen dalam pengeluaran .
Sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi, masyarakat beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Penjualan emas di Galeri24 meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 65 kg per hari, sementara Pegadaian melaporkan lonjakan pembukaan rekening tabungan emas hingga 84 kg dalam sehari .
Respons Pemerintah dan Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) menyatakan komitmennya untuk mengambil langkah-langkah tegas dalam menjaga stabilitas rupiah. Meskipun suku bunga acuan tetap dipertahankan di level 5,75%, BI siap melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menahan volatilitas .
Pemerintah Indonesia juga berencana mengirim delegasi ke AS untuk merundingkan kebijakan tarif dan mencari solusi guna meredakan ketegangan perdagangan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa tarif baru dari AS berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 hingga 0,5 poin persentase .
Prospek ke Depan
Dengan nilai tukar rupiah yang mendekati Rp17.000 per dolar AS, tekanan terhadap ekonomi domestik diperkirakan akan terus berlanjut. Pemerintah dan Bank Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menjaga stabilitas ekonomi sambil menghadapi dinamika global yang tidak menentu. Langkah-langkah strategis dan koordinasi yang efektif antara lembaga terkait menjadi kunci dalam menghadapi situasi ini.
Sumber: metrotvnews.com, goodstats.id, reuters.com, kompas.com antaranews.com, suarasurabaya.net.